Part 15-- Seni, Perancis dan Leisure time: Manjakan dirimu dengan sentuhan Eropa

Friday, January 2, 2015

Kami banting stir (haha, kiasan yah bro and sis, soalnya kami jalan kaki, masak mau banting kaki. Agak sakit yah) ke arah berlawanan dan lagi-lagi nyebrangin kompleks city hall yang sangat anggun. O iya, sebelum nerusin intermezzo dikit yabh. Jadi pas kami nyebrang jalan, ada bapak-bapak jualan kelapa muda gitu. Orangnya belum terlalu tua yah paling 40an lah kali. Liat kami lagi ngebolang pegang-pegang peta, maka kami jadi target sasaran modus operandinya. Gak diapa-apain sih cuman ditawarin kelapa mudanya. Tapi nawarinnya itu loh modus banget. Jadi dia deketin aku terus nyerocos pake bahasa indah Vietnam. Trus dengan muka polos gw senyum-senyum tersipu. (Emang muka gue kayak tur guide kali yah). Terus dia bilang, 'Wé yu fo:m' translate: where are you from. Oh... aku bilang dari Indonesia. 'Ahh... you look look lai' Vietnamese aaa sem sem, translate: you look like Vietnamese; so similar. Thank you. Masak sih hahah. Terus dia tunjukkin jalan-jalan buat ke Musem dst. Dalam hati gw baik banget nih bapak. Terus dia suruh kami coba bawa pikulannya. Wuiissss. Berat banget broo. Sabar ya pak, hidup ini emang berat. Gue jadi kasihan sama bapak ini. Siang-siang bolong gini cari nafkah dengan cara jualan kelapa di tengah ramainya kota yang ugal-ugalan ini.

Ok deh. Demi meringankan beban sesama orang susah hahaha, aku beli satu. Dia bukain dan kasih sedotan. Harganya kena 20ribu Dong. Lumayan lah ya pak, minimal hari ini udah laku satu (nahan air mata, hahaha). Rasanya sedap banget. Pas banget lah buat menemani langkah petualangan di seputar kota Ho Chi Minh City ini.
Minum sedep udah dapet, sebenarnya dogannya (daging kelapa muda) manis n lezat banget. Sayang gak ada sendok buat keruk. Tapi ya udahlah. Minum airnya pun udah menyegarkan kok. Hidup masih harus berlangsung dan kami pun singgah di kedai semacam 7eleven gitu buat cari santapan. Syamil sebenarnya nak roti tapi kagak ade, aku cari sesuatu yang mengenyangkan tapi tidak menguras dompet. Ada ide apa? Coba tebak! Aku beli semacem Pringless yang ukuran sedang, terus duduk-duduk di kafenya buat menikmati kudapan pengganjal perut ini.

Belok kanan dari jalan Nguyen Hue, kami dikejutkan dengan kompleks bangunan-bangunan terkeren yang pernah aku lihat. Rupanya kami udah ada di sekitaran kompleks Saigon Opera House. Keliatan banget nih kalau wilayah ini dulu jadi pusat hepi-hepinya alias entertainmentnya kumpeni-kumpeni Perancis terutama kalau mereka kangen sama kampung halaman. Kali aja mereka mikirnya dari pada repot dan mahal bolak-balik ke Paris zaman itu, gimana kalau kita bangun 'Paris-Parisan' di sini. Aha! Ide cemerlang kang and empok... hahaa. Soalnya bener khan sampe sekarang banyak orang Saigon dan sekitarnya, termasuk kumpeni Indonesia kayam aku ini bisa menikmati karya luar biasa satu kompleks sekaligus.

Di hadapan saya berdiri gedung ala rennaisance yang membuat mata terbelalak lengkap dengan patung Helenistik dan pilar-pilar keagungan yang diberi ornamen mengesankan. Di sekelilingnya ada puluhan gedung beraksitektur Perancis yang mudah dikenali dengan warna-warna klasik dan rumbai-rumbai pada jendela. Untuk puluhan menit ke depan saya sangat terkesima dengan pemandangan ini. Saya lupa kalau lagi ada di Asia. Karena memang terpaan angin musim dingin Vietnam ini makin menguatkan imajinasi saya. Wuih, mantap...

Saat kata-kata gue udah habis buat gambarin betapa terbuainya saya, kali foto-foto dari selfie lurus sampe miring-miring mungkin bisa menolong menceritakannya. Because picture worths 100o words...

Kami melanjutkan perjalanan ke sebuah Museum yang gedungnya adalah yang paling cantik di Vietnam. Kayak apa ceritanya? Nantikan... 

Part 14-- Sebuah istana saksi sejarah kemanusiaan

Tempat spesial satu ini adalah Reunification Palace atau Istana Penyatuan Kembali (Vietnam Utara sama Selatan). Lagi-lagi bergaya Eropa dengan halaman hijau rimbun nan luas dibumbui aksen air muancyur (gak usah monyong-monyong bibirnya broo -air mancur) yang elegan menghiasi hektaran gedung sangat sangat sangat bersejarah ini. Pagar tinggi dijaga ketat oleh para petugas baju hijo bertopi Soviet lengkap. Artinya ini adalah bangunan aktif pemerintah. Ada juga banyak sign yang dalam bahasa Vietnam, aku juga gak ada clue alias ide. Tapi tebakanku paling mentok adalah... 'jangan parkir di sini' lol.

Ada loket tiket, berarti ini gak gratis. Haha. Sejauh ini tiga tempat yang kami kunjungi ialah percuma (bahasa Melayu) alias gratis atau no fee. Yang satu ini karena perlu maintaince yang cukup, maka kami perlu bayar tiket. Jangan cemas kawan, tiketnya gak ada apa2nya kok dibanding harga tiket masuk wisata Indonesia (nyindir-nyindir hehe)! Hanya dengan biaya 30ribu Dong, kamu bisa belajar banyak dan menikmati keindahan, panorama dan Filosofi keren dari sang perancang bangunan historis ini. Tiket centang, tinggal masuk abang... 

Begitu masuk, geliat untuk berfoto udah gak ketahan lagi. Satu demi satu baik personal maupun grup pengunjung mengambil gambar di depan gedung R.P. ini karena memang elok sangat. Termasuk Syamil lalu saya tak mau ketinggalan. Perlahan-lahan menyebrangi lapangan hijau menyejukkan mata, kami menaiki tangga pertama menuju lobi utama gedung. Sangat beruntung, gedung ini dipenuhi dengan panel informasi yang membantu pemirsa buat ngerti sejarah dan muasal gedung ini. Bahkan juga termasuk Filsafat sang Arsitek jenius Vietnam Ngô Viết Thụ yang memenangkan penghargaan para Arsitek di Roma. Pantesan nuansanya di seluruh ruangan begitu istimewa. Kamu pasti bisa merasakannya. Beliau ini mengangkat filosofi oriental atau ketimuran dalam membangun eks istana kepresidenan Vietnam Selatan (sebelum bersatu) lengkap dengan feng shui dan kanji mandarinnya. Yep. Vietnam juga sangat dipengaruhi budaya Tiongkok karena selama 1000 tahun atau lebih berada di bawah kekaisaran Tiongkok.

Ada banyak aspek sejarah yang dapat dikenang lewat bangunan yang pernah di bom saat perang sipil bergejolak tahun 60an di Vietnam. Di masa paling tragis di negeri ini, ketegangan antara Utara and Selatan diakhiri dengan sebuah Tank yang menerobos masuk lewat pagar depan istana ini yang menandakan kemenangan Utara dan lantas Vietnam dibawah komando komunis. Singkat cerita, karena desakan yang amat kuat dan dorongan nasionalisme yang membara dari rakyat, maka ditandatanganilah kesepakatan bersatunya Vietnam tahun 1975. Fiuhh, sejarah yang kompleks dan gak bisa dibahas dengan satu post saja brooo. Tapi gak papa, lumayan buat tambahan pengetahuan seputar ASEAN.

Move on, move on... setelah selesai menikmati setiap sudut ruangan istana itu, kami rehat sejenak buat menikmati pemandangan air mu-mu hm mancur dan pepohonan surgawi mengelilingi gedung ini. Bisa juga duduk-duduk di kafe belakang gedung untuk merasai terpaan angin dingin di siang hari Saigon yang spesial ini.
Laperrr nih, saatnya snack time di jalan Nguyen Hue... sekaligus banting stir ke Saigon Opera House yang karena cantiknya saya jadikan display picture BBM saya. Kayak apa ceritanya, cekidot part selanjutnya...

Part 13-- Bukan sembarang Kantor Pos

Jadilah kami menyebrang lewat jalan super jumbo deket gereja Notre Dame Saigon. Ngomong-ngomong ternyata gereja satu itu gak hanya cantik dari depan atau samping, tapi justru berkuadrat-kuadrat lagi cantiknya kalau bisa dapet angel yang pas buat mengabadikan seluruh gedung dari belakang. Kayaknya paling pas dari lantai 4 suatu gedung. Anyway, top bangetlah keindahan gedung berhalaman dan bulevard super luas itu.

Walaupun sangat terpukau sama kemegahan Notre Dame dan pengen berlama-lama di tamannya, karena masih banyak yg mesti kami tuju, kami lantas nyebrang sedikit buat masuk ke area Central Post Office alias Kantor Pos Pusat kota Saigon. Bangunan bernuansa Perancis yang masih kokoh dan anggun itu aktif dipake sebagai kantor pos. Walaupun kayaknya ke arah Tourism contoh postcard, pengurusan visa on arrival, de el el. Lagi-lagi, 10% view dari gedung ini gak bisa kami nikmati because lagi ada mantainance. Rasanya tuh di sini banget dehh, seriusan.

Kantor pos yang bukanya lumayan lama itu (jam 7 s.d. jam 8 malem terlihat megah and lagi-lagi oranye dipadu krem atau putih. Begitu masuk, kerasa lah keunikan kantor pos ini. Ada 2 atau lebih lukisan yang super menarik tertangkap sudut mata saya. Di busur jendela dalem ada gambar peta primitif Saigon, Phnom Penh dan kota-kota sekitarnya. Aktivitas kantor pos terlihat santai dan tidak terlalu sibuk, ada furnitur-furnitur yang sangat berseni, termasuk bangku yang boleh diduduki buat menikmati momen masuk ke gedung yang dibangun gak lama setelah Notre Dame katedral, yaitu tahun 1886 s.d. 1891 (gak usah diafalin yah, gak masuk ulangan kok). Yang bangun gedung megah ini tak lain dan tak bukan adalah.... jeng jeng jeng... Gustave Eiffel. Yep, bener. Itu loh om-om yang juga mastermindnya Menara romantis Eiffel. Dia mengangkat nuansa atau gaya Neoklasik buat bangunan yang satu ini. Tentunya ada kepuasan sendirilah menyaksikan langsung dan bisa selfie di bangunan buatan Maestro arsitek Perancis satu ini. Ahay! Ternyata sejarah Vietnam kental diselubungi pengaruh Perancis yah? Saya juga baru sadar setelah jelajah kota Saigon ini... hmm sangat menarik buat dipelajari.

Selanjutnya kemana yah broo and sis? Ada yang bisa tebak? Kami pun pake insting. Karena kalau ngandelin peta bener-bener nanti gak bisa menikmati seliweran motor yang kayak malaikat bisa muncul tiba-tiba di saat yang tak terduga. Kami ambil jalan lurus terus melewati taman di deket jalan Le Duan, trus ngikutin alur pinggiran taman itu. Tanpa kami duga, kami tiba di suatu tempat yang luar biasa... Apa itu? Di chapter berikut...

Part 11 -- Terpukau oleh Arsitektur Perancis Indochina

Tidaklah sulit buat nemuin bangunan-bangunan antik peninggalan Perancis di Saigon. Kota ini adalah basis mobilisasi Perancis di masa abad ke 19 di wilayah Chochincina. Gak heranlah kalau direnung-renungkan (jiaah bahasa gw), lay out atau gaya letak kota ini Eropa abiz. Pohon-pohon besar bercokolan di jalan-jalan protokol bikin pejalan kaki dan hm hm sepeda motor merasakan kesejukan selain juga membuat alam kelihatan asri dan hijau. Terlepas 1001 tantangan pas mau nyebrang (itu 1001 sesuai jumlah motor pas nyebrang), jalanan di Ho Chi Minh sangat nyaman buat dijelajahi. Papasan sama bule, muda mudi Vietnam, sepeda, motor ojek dst membuat kita gak akan merasa sendirian di muka bumi ini. Jujur seharian jalan di Ho Chi Minh gak keringetan, udaranya dingin semriwing. Pleasant banget... suer.

Dari Benh Tanh market lurus, ikuti jalan dan belok kiri sedikit, sampailah kami di Gedung cuantik nan melegenda di pusat kota Saigon. Banyak biro-biro wisata, buku panduan, postcard, dinas wisata memakai lanskap satu ini buat jadi halaman depannya. Betapa senengnya saya bisa menyambangi, mengelilingi (walau gak sampe 7 kali) dan nongkrongin dari dekat bangunan ini. Kalau gue boleh bilang, warna yang identik sama kota Saigon adalah... oranye. Warna yang elegan banget dipake buat nuansa utama bangunan (khususnya atap dan pager) dengan tembok putih agak krem. Sempurna banget lah orang-orang Perancis ini untuk urusan desain. Seneng gue di menikmati momen-momen bersejarah dlm hidup saya ini (ya iya lah, secara aku gak akan sering2 ke sini, tiket broo tiket sis gak murah...).

Nah, sekarang jujur, ada momen gokil di sini. Kami gak nemuin gedung ini begitu aja. Dua kali muter baru ketemu. Gaya sih udah mantep lah yah. Ngebule. Pake kaca mata item, tenteng peta, kalung kamera. Mau apa lagi? Bukan lantaran kami salah baca peta. Bukan. Bukan juga karena kesasar atau diculik.

Gini ceritanya... jadi bangunan ikonik dan memukau ini lagi under construction (**^@#!€€!£!¥)! Masih kelihatan cantiknya, Eropanya.... yahh 80% lah bisa dinikmati. Tapi bagaimanapun kami agak susah mengenali gedung ini karena agak beda sama di foto. Terus patung Bapak Bangsa Vietnam, Ho Chi Minh yang mestinya jadi patokan kami mengenali gedung ini, lagi dibatasi sama 'kotak seng' bercat biru full body alias gak keliatan. Rasanya tuhh gak rela. Karena aku emang pengen banget liat patung yang satu itu. Tapi ya sudah lah. Berarti emang Ho Chi Minh city pengen aku balik lagi kesini (pastinya). Dari depan city hall ini ada persimpangan: ke kiri ada Katedral Notre Dame, ke kanan ada Museum of Ho Chi Minh City dan Saigon opera house. Kira-kira kami pilih yang mana yabh? Di title selanjutnya....

Part 12-- Belok kiri, Jos...

Betul. Dari titel di atas kamu bisa nebak, bahwa kami ke kanan, haha, salah: ke kiri. Kami menuju ke satu lagi lanskap fenomenal kebanggan Saigon yaitu Gereja Kathedral Notre Dame atau dalam bahasa Vietnamnya (siap...), Nhà thớ Đức Bá. Semoga bisa baca huruf dekoratif wow itu. Jangan syok dulu, kamu akan liat huruf-huruf gituan di sepanjang perjalananmu di negeri penuh garis pantai ini. Gereja cantik bergaya Gotik-Frankish ini dibangun bertahap sepanjang 17 tahun dari tahun 1863 sampe 1880. Batu bata merah yang disusun eksotis dengan interior yang mega banget membuat bangunan ini primadona kota dan sangat layak dinikmati keindahannya.

Yang paling khas dari gedung bersejarah ini adalah dua towernya menjulang ke langit, tinggi banget (berapa yah, sekitar 58an meter lah. Kali aja temen-temen nanya yah, kok lumayan lama pembangunannya? Orang di kita Candi Lorojonggrang aja beres cuman dalam waktu semalem. Terang aja bro, sis... selidik punya selidik gereja ini bahannya diimpor semua dari Perancis. Dari seberang jalan, kalau kita lihat dengan cermat dan mengabaikan motor Saigon yang kayak tawon, dan merasakan dingin semwriwingnya angin Saigon, kita bakalan terbang dalam imajinasi kalau kita lagi di Eropa. Tapi pasti imajinasi wow itu bakalan terbuyarkan oleh klakson motor yang bertubi-tubi (hobby kali yah orang sini sama bunyi seruling motor itu).

Mau di foto dari sisi manapun cantiknya gak berkurang. Seberang jalan, centang. Depan, centang. Depan lagi agak deket, centang. Serong dikit terus selfie, centang. Samping lagi, difotoin Syamil, centang. Patung bunda Maria di depan, centang. Gak ada abisnya pokoknya godaan buat foto di sini... Tapi, ya gitu deh. Tau khan perasaan kita udah ambil belasan foto. Trus pas di liat, kok fotonya mirip semua yah? Hahah. Tapi emang gak salah lah menikmati keelokan gereja ini sebagai maha karya. Biayanya gede loh buat nyelesein katedral ini yakni 2.5juta franc pada zamannya. Belum lagi, akibat zaman perang kemerdekaan dan perang-perang selanjutnya, gereja ini musti mengalami renovasi serius. Kalau bisa masuk, masuklah buat terbuai oleh keagungan bangunan ini. Syamilpun masuk kok, jadi dun worry. Klw kamu Katholik atau Kristen, boleh juga sempetin doa atau misa sesekali dalam hidup di gereja ini.

Nah, nyebrang jalan yang geddeee banget di sebelah kiri gedung, kita bakal ke Central Post Office, bangunan peninggalan Perancis jugaa.... baca selengkapnya di bagian selanjutnya.

Part 10 -- Jelajah Kota Ho Chi Minh

Ready? OK, ayo cabut bro and sister! Hmm liburan emang identik sama bangun siang (kecuali beberapa temen yg baca blog ini, pheeww rajin nian pokoknya) dan slow pace alias selow atw woles dalam menjalani hari. Nah, berhubung kita lagi menikmati hari-hari yang 'mahal' di negeri orang, maka bakalan rugi kalau mayoritas waktu kita abisin buat tidur-tiduran. Jadi aku sama Syamil sepakat kita siap-siap cao jam 7. Ok. Fix. Dan syukurlah bisa terkabulkan dengan baik angan-angannya. Mandi dulu biar seger dan keliatan manis di foto... (soalnya gw sama sekali gak bisa menyembunyikan muka bantal gue. Udah natur alias bawaan lahir).

Begitu siap, kami ditawari sarapan sama Kuang. 'Do you wanna some coffee and small breakfast?' Wuizz mata gue langsung ijo denger kopi Vietnam yang bakalan disuguhin. 'Ok. Cool.' Emang, gw gak bohong... seger banget broooh. Belakangan gue sadar pas check di agoda dot com ternyata bookingan gw bilang breakfast not included. Wuizzz.. artinya gue ditraktirin gratis kopi. Salut-salut. Nih hotel gue kasih 10 dari sepuluh deh ntar di agoda dot com. Homey banget suasananya.

Ada juga 'laptop umum', yah sejenis komputer umum buat ngenet yang boleh dipake selama kita stay buat booking2, browsing atau apa lah. Yang gw seneng adalah bule-bule tuh tau diri kalau masalah ginian. Jadi pake seperlunya dan tinggal bilang 'excuse me, may I use the laptop', mereka bakalan jujur berapa menit lagi pakenya. Sharing is caring... Nah, ini juga bisa dijadiin modus buat ngobrol kalau misalnya kamu agak pemalu buat mulai pembicaraan.

Jalanlah kami dari arah Jalan Pham Ngu Lao di Distrik 1, Ho Chi Minh ke arah kanan lurus sampai bundaran Benh Tanh. Di sekitar situ ada taman kegemaran gw buat ambil foto dan 'nyamar' jadi penduduk lokal. Gak jarang juga, ada mbak atau mas yang ngampiri dan curhat pake bahasa Vietnam, alhasil gue senyumin aja sambil geleng kepala. Mereka lantes sadar kalau gue 'You no Vietnam a'. Yah maaf. Perlu gitu, gue pasang di kaos pake tulisan, 'I no Viet'? Gak khan? Gw jadi tergelitik nih buat belajar bahasa Vietnam buat tar klw mau ke sini lagi. Manfaatnya oke loh terutama kalau mau belanja and nawar pasti dapet harga lokal. Selain itu juga seru banget kalau bisa nongkrong-nongkrong sama temen2 lokal dan hang out just like them. May be edisi yg akan datang, ya teman.

Kami lanjutkan langkah kami ke Ho Chi Minh City hall yang adalah maskot kota ini. Bangunannya super cantik dan masih aktif digunakan untuk pemerintahan. Di depannya dijagai oleh perwira muda Viet yang pake seragam ijo dengab topi mirip pasukan Soviet. Keren abizz. Kita mulai penjelajahan ini di next post! See you there....

Part 9-- Ada apa aja di Ho Chi Minh City

Yang pertama pasti ada bule hahaha. Bule ini menambahi padatnya penduduk Vietnam yang jumlahnya melebihi 90juta jiwa. Sejauh ini saya merasa sangat aman dan nyaman berada di kota Saigon ini. Bahkan saya sangat beruntung karena menjalin interaksi dengan orang Vietnam sangatlah mudah. Mereka easy going dan mudah diajak ngobrol (dengan catatan dengan dua pilihan bahasa ini: bahasa Inggris atau bahasa Vietnam). Berdasarkan ingatan saya, para bule di Vietnam ini 5 kali lipat lebih ramah hahaha dibanding dengan para bule yang berpapasan dengan saya di negara-negara Asia Tenggara. Tentunya banyak faktor juga sih, yang pertama memang beruntung banget dikelilingi orang-orang yang ceriwis dan baik hati dari penjuru bumi. Terus juga timing alias waktunya yang emang lagi rame. Yang terakhir mungkin pas karena kita nyambung aja. Bener-bener nemuin ribuan alasan buat bersyukur liburan kali ini yang emang edisi gokil.

Ngomong-ngomong soal gokil, rasa kopi Vietnam bener-bener gokil. Membekas banget di lubuk hati abang hahaha. Bener, mantep abiz. Cara penyajiannya juga agak unik, kopinya gak pake ampas (gaya-gaya eropa gitu, saya curiga Perancis nih yang ngajarin), terus pake 'mòt' sejenis gula dari madu dan sesuatu gitu (bukan gula tebu) dan krimer. Rasanya... hmmm makyuuss. Apalagi klw disajikan dingin... alamak sorgawi!! Pokoknya kalau ke Vietnam musti coba yah. Dan pastikan nemuin kopi yang saya maksud ini. Saya dapetnya di Benh Tanh, harga 15 ribu Dong.

Yang kedua, tempat-tempat yang menarik. Ya iya lah ya, karena inilah saya ke sini. Ada puluhan pilihan tempat menarik sekitar Ho Chi Minh city. Diantaranya adalah gedung-gedung historis bernuansa Perancis yang bikin kamu gak mau pulang hahah. Karena jujur, cantikk banget. Ada juga Gereja legendaris Notre Dame yang ada di keramaian kota HCM. Bisa juga belajar banyak sejarah dari Istana Penyatuan Kembali antara Vietnam Utara dan Selatan. Museum Saigon dan Museum Sisa-sisa perang Amerika-Vietnam juga merupakan pengalaman tak terlupakan. Itu termasuk menikmati senja di taman pinggir Sungai Saigon yang monumental. Menjajaki wilayah perkotaan deket Saigon Opera House yang membuat lupa kalau kita sedang di Asia, karena Yurop (Eropa, eropa, jangan kayak orang susah deh)  banget tatanannya. Mengunjungi dan mencoba 'nyemplung' ke terowongan bawah tanah di medan tempur Cu Chi yang dipake secara wow oleh tentara gerilyawan untuk memenangkan perang serta menjelajah sungai Mekong yang famous di pelajar buku SD kita. Hahaha.

Semua itu akan aku bahas, dan tidak lupa dengan menceritakan momen-momen gokil yang menyertai perjalanan ini... enjoy!

Part 8 -- Menjelajah Area Benh Tanh Night Market

Malam hari pertama, saya bersama temen yang secara heroik sudah menolong saya itu coba lihat-lihat area yang cukup familiar dikalangan Turis, apalagi turis rambut item alias Asia. Si Syamil cerita kalau orang malaysia gemar banget belanja di sini karena harganya miring. Dengan hipotesa itulah kami bergegas cari lapak yang pas untuk cari oleh-oleh atau suvenir.

Pasar malam Benh Than (aduh ribet spelling bahasa Vietnam, nanti aku rapikan yah, untuk sementara aku tulis sekenanya dulu) itu cukup meriah. Segenap bangsa turis... baik dari rambut ijo, merah, kuning atau hitam memadati kawasan beberapa ratus meter ini. Pasarnya keliatan unik dengan arsitektur Perancis dan ada tower Jam besar di bagian depan. Letaknya strategis, karena boleh di bilang di pusat kota dikelilingi oleh gedung-gedung pencakar langit modern. Rame dan asik banget lah terutama buat yang suka keramaian. Oh iya, tidak lupa, pasar ini juga dimeriahkan oleh hm hm hm sepeda motor yang nyelip diantara para pejalan kaki yang lagi sibuk belanja atau jalan-jalan. Speechless lah gw. Gak tahu mau seneng apa sebel. Lucu aja sih. Hahaha.

Sebenernya  aku anti belanja di hari pertama jalan-jalan. Tapi karena si Syamil sang traveller anti rencana  perlu jeans dan itu urgent (tepok jidat), maka oke deh sekalian aku anterin cari makan. Sekalian servey harga untuk cariin oleh-oleh (huss gak usah senyum-senyum bacanya) buat kawan-kawan di Indonesia. Syamil udah ada tempat target, karena kakaknya, sodaranya, kawan2 sedinastinya udah tahu tempat 'murah' buat cari jeans. Namanya Lina shop. Harganya sekitar 35an ringgit. Yep. Para pedagang Vietnam di area banyak turis melayani pembayaran dengan Dong, Ringgit atau Dollar. Kalau gw pilih Dong aja deh, biar gak ribet2 mau konvert nilainya.

Giliran aku nanya-nanya barang-barang lain (nama barang dirahasiakan supaya surprised). Akhirnya kami punya satu kesimpulan, ralat, dua kesimpulan kayak gini:
1. Harga di area ini overprice (alias dimahalin secara gak wajar).
2. Kalau nawar harus berani (jangan kalau keroyokan aja berani, haha). Patokannya, sikut harganya sampai 20 persen harga yang ditawarkan. Misal kalau mbak atau masnya bilang 100 ribu Dong. Tawar abiz sampe setuju 20 ribu. Kalau mbaknya gak mau, nothing to loose. Sadiss...

Kami makan di rumah makan orang Champa yang notabene suku minoritas Vietnam buat dapet makanan halal. Setelah itu keliling-keliling buat nandai jalan (I mean supaya besok klw jalan gak ilang) dan menikmati sejuknya hawa malam Ho Chi Minh. Pokoknya my favourite part adalah taman-tamannya yang bagus n banyak kursinya. Selain city viewnya yang memanjakan hati pemirsa.

Sampai hotel disambut oleh Kuang dan Chung (masih inget kan) dengan sapaan Xin Chào (what's up broo/ sis dlm bahasa Vietnam. Dan temen-temen bule pun bertambah di ruangan hostel. Apa saja kegokilan yang akan terjadi? Next title has the answer.